Tugas Kuliah Supervisi Pendidikan



JIKA Blog ini membantu saudara tolong bantu kami dengan mensubcribe akun youtube kita klik link dibawah ini. Dan mohon untuk di subcribe  twrimakasih.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Latar belakang supervisi pendidikan
Supervisi memiliki latar belakang yang menjadi sumber perkembangannya dalam melayani kebutuhan pendidikan. Latar belakang tersebut meliputi aspek-aspek kehidupan filosofis, kultural, sosial-sosiologis, psikologis dan tuntutan pertumbuhan jabatan.
1.      Filosofis.
Pandangan hidup manusia, secara garis besarnya dapat digolongkan ke dalam dua aliran pikiran filsafa, yaitu idealism dan materialism. Idealism berpandangan, bahwa alam semesta bersumber dari dunia ide yang kekal dan abadi. Dunia yang sekarang adalah gambaran dan ide-ide. Dunia materi adalah fana. Segala kejadian pada dasarnya ditentukan oleh ide-ide yang rohaniah. Manusia memiliki potensi-potensi rohani yang kaya dan kreativitas yang bebas, memiliki sifat-sifat sebagaimana sumbernya, dunia ide.
Sebaliknya, materialime adalah aliran yang berpandangan bahwa alam adalah serba materi, tunduk kepada hukum-hukum alam. Segala kejadian ditentukan oleh hokum alam, tidak bebas (determinitik). Hal ini juga berlaku di dalam kehidupan manusia.
Di dalam kerangka berpikir filosofis seperti dimaksud, maka supervisi tidak dapat berkembang didalam alam berfikir pandangan hidup yang materialistic. Manusia tidak memiliki kemampuan dan kebebasan untuk berbuat kreatif, suatu hal yang menjadi unsur penting didalam tugas supervisi. Sebaliknya didalam idealism tugas supervisi dimungkinkan.
2.      Kultural
Kebudayaan bersumber dari kreativitas manusia didalam kehidupannya. Nilai-nilai budaya adalah wujud kemanusiaan didalam kehidupan manusia didalam masyarakatnya. Kebudayaan selalu berubah-ubah dan dinamis selalu maju dari jaman ke jaman, berbeda dari kehidupan hewan.
Pendidikan adalah pembudayaan manusia, dalam arti menanamkan nilai budaya didalam kepribadian individu. Supervisi adalah salah satu upaya yang diadakan sesuai dengna tuntutan kebudayaan yang dinamis tersebut.
3.      Sosial-sosiologis
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial disamping sebagai makhluk individu. Kepribadian manusia sebagai individu hanya dapat berkembang didalam interaksinya dengan individu lainnya didalam masyarakat. Sejak lahir, manusia hanya dapat hidup karena adanya bantuan dari individu lain, yaitu orang tua atau oranglain yang menggantikan fungsi orangtua.
Dalam kehidupan bermasyarakat, hak dan kewajiban individu diatur berdasarkan system pengaturan kekuasaan menurut pola demokratis atau otokratis. Dalam pola kehidupan demokrasi individualitas dan kebebasan individu diakui dan dikembangkan dalam tata kehidupan kemasyarakatan berdasarkan kesepakatan bersama para anggota kelompok masyarakat yang bersangkutan.  Kekuasaan dalam pengaturan kehidupan bermasyarakat terbagi-bagi sesuai dengna ogannisasi didalam kehidupan masyarakat demokratis.
Sebaliknya, dalam pola kehidupan masyarakat otokratis, pengaturan kekuasaan berada pada satu tangan penguasa. Kehidupan individual tidak memperoleh tempat dan kebebasan. Potensi individu tidak memperoleh kesempatan untuk berkembang sebagai mana mestinya.
Dalam suasan otokratis supervisi pendidikan tidak memperoleh kesempatan untuk berkembang karena suprvisi bertolak dari kepercayaan tentang potensi pada tiapindividu untuk berkembang secara bebas. Dalam arti ini supervisi hanya dimungkinkan berkembang subur dalam pola kehidupan kemasyarakatan yang demokratis.
4.      Psikologis
Kepribadian manusia terdiri dari kehidpan jasmaniah dan mental rohaniah. Berdasarkan kemampuan psikisnya, tiap individu dapat belajar dan memperoleh pengalaman-pengalaman belajar tidak hanya pada waktu manusia muda, tetapi sepanjang usia manusia hidup. Pengalaman dan memperoleh pengalaman dalam belajar terjadi dalam koordinasi kesadaran yang tinggi dan manusia memiliki kemampuan tersebut. Dalam hubungan ini, supervisi dapat diterima sebagai salah satu bentuk belajar seumur hidup. Tanpa keyakinan tersebut, maka supervisi tidak dapat diterima dan berkembang.
5.      Tuntutan pertumbuhan jabatan
Berbagai bidang pekerjaan kemasyarakatan berkaitan erat dengan kelangsungan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Perubahan dan perkembangan budaya dan sosial sangat aberpengaruh terhadap tuntutan pekerjaan yang  dipangku didalam kehidupan kemasyarakatan. Untuk dapat menunaikan pekerjaan dengna baik, maka tiap orang dituntut untuk selalu menumbuhkan jabatannya dan pekerjaan yang dipangkunya. Dalam hubungan ini supervisi memiliki peran penting untuk memberikan bantuan secara professional didalam meningkatkan efektifitas dan kualitas kerja.
Kebutuhan terhadap supervisi dan perkembangan tugasnya bersumber dari pertumbuhan dan perubahan aspek-aspek kehidupan yang diutarakan diatas.
B.     Pengertian supervisi pendidikan
Untuk lebih membulatkan konsep tentang supervisi pendidikan dalam rumusan dan kata-kata maka berikut ini dikemukakan defenisi yang bervariasi menurut beberapa ahli sebagai berikut : (dikutip dari buku Supervisi Pendidikan oleh Drs. A.J. Hariwung)
1.                              Charles W. Boardman et al
Supervisi pengajaran dapat dirumuskan sebagian usaha untuk mendorong, mengkoordinasiakan dan menuntut pertumbuhan guru secara berkesinambungan di suatu sekolah, baik secara individu maupun secara kelompok, didalam pengertian yang lebih baik efektif dalam sekalian fungsi pengajaran, sehingga mereka dapat lebih mampu untuk mendorong dan menuntun pertumbuhan tiap siswa secara berkesinambungan pula menuju partisipasi yang paling cerdas dan kaya dalam kehidupan masyarakat demokratis modern.
2.                             Thomas J. Sergiovanni dan Robert J. Starratt. (1971)
Dalam bukunya (Supervision, Human Perspectives) Secara tradisional supervisi dipandang sebagai daerah orang yang bertanggung jawab terhadap perbaikan pengajran. Walaupun kita berpegang pada pandangan ini, kita dapat menambahkan titik berat bertangung jawab pengajaran pada semua tujuan uum sekolah yang dapat dicapai memalui atau bergantung pada organisasi yang manusiawi di sekolah.
3.   Keith A. Acheson dan Meredith Damien Gall dalam buku Techniques in the Clinical Supervision of Teachers.
Kita merumuskan supervisi sebagai suatu proses dalam menolong guru emngurangi ketidak sesuaian antara perilaku mengajar antara aktual dan ideal.
4.   Eye, Netzer and Krey (dikutip dari Supervisi Pengajaran Teori dan Praktek oleh Dr. H. Nurtain)
Superisi adalah suatu fase administrasi yang memusatkan perhatian terutama sekali pada pencapaian harapan pengajaran dari system pendidikan yang tepat.
5.   Haris and Benssent  (1971:31)
Supervisi adalah apa yang dilakukan personalia sekolah dengna orang dewasa dan barang-barang dengan maksud untuk memelihara atau merubah penyelenggaraan sekolah agar secara langsung dapat mempengaruhi tercapainya tujuan pengajaran pokok sekolah.
6.   Cogan (1973)
Supervisi umumnya merpakan rangkaian kegiatan seperti juga kegiatan menulis dan merevisi kurikulum, membuat persiapan unit dan bahan pelajaran mengembangkan proses dan instrument untuk dilaporkan kepada orangtua, badan yang menaruh perhatian terhadap penialian program pendidikan secara keseluruhan.
7.   Curtin (1964:162)
Meskipun kurikulum dapat dilaksanakan tanpa supervisi namun sangat tidak mungkin diharapkan daya hidup kurikulum tersebut. Akan tetapi sungguh nyata abhwa supervisi sama sekali sangat tergantung pada perhatian terhadap kurikulum yang memerlukan pengasuhan yang sukar sekali. Keadaan ini dapat terjadi bila konsep supervisi terbaru dapat diterima.


8.   Marks, Stoops and King Stoop (1978)
Supervisi adalah perbuatan dan percobaan yang ditujuan untuk memperbaiki pelajaran dan program yang bersifat pengajaran.
9.   Alfonso, Firth dan Neville (1975)
Supervisi ditemukan dalam semua organisasi yang kompleks. Hal ini disebabkan karena organisasi ditetapkan untuk memelihara organisasi itu sendiri dan kadang-kadang juga menaruh perhatian terhadap perbaikan dan pemurnian organisasi itu.
10.  Mosher and Purpel (1972)
Kita menganggap bahwa tugas-tugas supervisi adalah untuk mengajar guru bagaimana mengajar dan emmberikan kepemimpinan profeional dalam memformulasikan kembali pendidikan buat umum, lebih spesifik lagi memformulasikan kurikulumnya, system pengajaran dan bentuk-bentuk pendidikan untuk umum tersebut.
Defenisi hanya salah satu cara untuk memperkaya konsep tentang supervisi pendidikan. Perlu dijelaskan bahwa didalam tulisan ini. Istilah yang digunakan adlaah supervisi pendidikan untuk menunjukkan tugas sekolah tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik, meskipun tidak meliputi tugas pendidikan informal. Itulah beberapa pengamatan kami tentang defenisi supervisi pendidikan yang dianggap oleh sebagian penulis sahih dan bermakna.
Di Indonesia perkataan supervisi seakan-akan disamakan dengan kepengawasan. Akan tetapi arti kata supervisi tidak sepenuhnya cocok dengan arti kata kepengawasan. Sungguhpun demikian dalam pelaksanaannya, kepengawasan tampaknya diarahkan pada peran dna fungsi seupervisi, yang belum seluruhnya identik.
C.    Konsep dasar supervisi pendidikan
Supervisi pendidikan memiliki konsep dasar yang saling berhubungan. Dalam konsep dasar supervisi pendidikan dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep supervisi pendidikan itu sendiri. Pendidikan berbeda dengan mengajar, pendidikan adalah suatu proses pendewasaan yang dilakukan oleh seorang pendidik kepada peserta didik dengan memberikan stimulus positif yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan pengajaran hanya mencakup kognitif saja artinya pengajaran adalah suatu proses pentransferan ilmu pengetahuan tanpa membentuk sikap dan kreatifitas peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan haruslah diawasi atau disupervisi oleh supervisor yang dapat disebut sebagai kepala sekolah dan pengawas-pengawas lain yang ada di departemen pendidikan.
Dalam perkembangannya supervisi pendidikan memberikan pengaruh yang baik pada perkembangan pendidikan di Indonesia sehingga para pendidik memiliki kemampuan mendidik yang kreatif, aktif, efektif dan inovatif. Dan dengan adanya mata kuliah supervisi pendidikan pada institusi yang bergerak dalan bidang pendidikan akan lebih menunjang para mahasiswa untuk mengetahui bagaimana mengawasi atau mensupervisi pada pendidikan yang baik.Dalam makalah ini akan kami paparkan beberapa konsep dasar tentang supervisi pendidikan yaitu tujuan supervisi, prinsip, manfaat, peranan dan objek supervisi.

D.          Tujuan  Supervisi Pendidikan


1. Tujuan Supervisi
Menurut Neagley cs (1980) adalah penyempernuaan pengajaran. Sedangkan menurut rivai  (1982) tujuan umum supervisi adalah membantu guru untuk meningkatkan kemampuannya agar guru menjadi yang lebih baik.
Selanjutnya Bafadal (1992) mengatakan bahwa tujuan supervisi adalah untuk membantu guru kemampuannya mencapai tujuan yang ditetapkan bagi murid-muridnya. Tujuan supervisi ini tidak hanya berkenaan dengan aspek kognitif dan psikomotor tetapi juga mengenai aspek afektitnya, Menurut Sahertian (1981) tujuan supervisi adalah :
a.             membantu guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan
b.            membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid
c.             membantu guru dalam menggunakan sumber pengalaman belajar murid
d.            membantu guru dalam menggunakan metode dan alat pelajaran modern
e.             membantu guru dalam memenuhi kebutuhan murid
f.             membantu guru dalam menilai kemajuan murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri
g.            membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka
h.            membantu guru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya
i.              membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap, masyaraka dan cara cara menggunakan sumbermasyarakat dan seterusnya
j.              membantu guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.

E.           Prinsip Supervisi


Ada dua prinsip yaitu prinsip fundamental dan prinsip praktis, prinsip fundamental merupakan dasar pokok dari semua prinsip-prinsip yang ada yaitu pancasila dalam hal ini berarti semua aktivitas yang dilakukan harus berpedoman dengan pancasila, sedangkan prinsip yang kedua yaitu prinsip praktis, Menurut Arni dkk prinsip praktis ada dua yaitu:
1.         Prinsip-Prinsip Positif, meliputi
a.          Supervisi harus konstruktif dan kreatif.
Pelaksanaannya supervisi diharapkan dapat membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif dalam mengembangkan potensi atau kemampuannya masing-masing.
b.         Supervisi hendaklah lebih berdasarkan sumber-sumber kolektif yang berasal dari kelompok dibandingkan usaha-usaha supervisor sendiri.
c.          Supervisi harus didasarkan atas dasar hubungan professional dibandingkan dengan dasar pribadi.
d.         Supervisi harus dapat mengembangkan segi-segi kelebihan yang dipimpin.
e.          Supervisi harus dapat memberikan rasa aman pada anggota kelompoknya.
f.          Supervisi hendaklah bersifat progresif/ bersifat kearah kemajuan.
g.         Supervisi hendaklah memperhatikan kesejahteraan guru-guru, para karyawan pendidikan dan hubungan baik di antara mereka.
h.         Supervisi harus didasarkan pada keadaan yang riil dan sebenarnya.
i.           Supervisi hendaklah sederhana dan informal dalam pelaksanaanya
j.           Supervisor hendaklah obyektif dan sanggup mengevaluasi diri sendiri.
2.         Prinsip Negatif
Menurut soetopo dan soemanto (1988) mengemukakan beberapa prinsip negative supervisi yaitu:
a.          Supervisor tidak boleh bersifat otoriter.
b.         Supervisor tidak boleh mencari cari kesalahan pada guru.
c.          Supervisor bukan inspektur yang ditugaskan untuk memeriksa apakah peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi yang telah diberikan dilaksanakan atau tidak.
d.         Supervisor tidak boleh menganggap dirinya lebih dari guru karena dia seorang supervisor.
e.          Supervisor tidak boleh terlalu banyak memperhatikan hal-hal kecil dalam cara guru mengajar.
f.          Supervisor tidak boleh lekas kecewa bila ia mengalami kegagalan.
Sedangkan  menurut Tahalele dan Indrafachrudi (1975) Prinsip-prinsip Supervisi yaitu:
1.         Supervisi harus dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif.
2.         Supervisi harus kreatif dan konstruktif.
3.         Supervisi harus scientific dan efektif.
4.         Supervisi harus dapat memberi perasaan aman pada guru-guru.
5.         Supervisi harus berdasarkan kenyataan.
6.         Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru-guru untuk mengadakan self evaluation . Sedangkan menurut Robert (1989) Prinsip-prinsip Supervisi yaitu:
1.         Prinsip Ilmiah, dengan ciri-ciri :
Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data yang objektif yang diperoleh dalam kenyataan proses pelaksanaan PBM (Proses Belajar Mengajar). Untuk memperoleh data diperlukan alat perekam data (angket, observasi, percakapan pribadi, dan lain-lain). Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, terencana dan kontinu.
2.         Prinsip Demokratis
Yakni dilaksanakan berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab sehingga guru merasa perlu untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru.
3.         Prinsip Kerja Sama
Yakni mengembangkan usaha bersama atau sharing of idea, sharing of experience serta memberi support, dorongan dan menstimulasi guru sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
4.          Prinsip Demokratis dan Kreatif
Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitasnya jika supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan menakutkan.

F.           Fungsi Supervisi Pendidikan

Menurut Pidarta (1992) dalam Arni fungsi supervisi dapat dibedakan atas dua yaitu:
1.            Fungsi Utama adalah membantu sekolah mencapai tujuan pendidikan.
      Yang termasuk fungsi utama:
a.       Supervisi merupakan teman seperjuangan administrasi  secara fungsional tidak terpisah satu sama lain
b.      Supervisi mengkoordinasi personalia sekolah terutama guru dan aktivitas sekolah terlaksana sesuai dengan yang direncanakan.
c.       Supervisi  memperlancar proses belajar mengajar.
d.      Mengendalikan usaha guru mendidik para siswa agar siswa dapat berkembang secaraa seimbang dan optimal.
e.       Membantu guru membina bakat dan minat siswa
f.       Membantu guru membimbing kesulitan belajar dan kesulitan  pribadi siswa.
g.      Wakil pemerintah untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah.
2.            Fungsi Tambahan membantu sekolah dalam membimbing guru agar dapat bekerja dengan baik dan mengadakan hubungan dengan masyarakat. Yang termasuk funsi tambahan:
a.       Memotivasi guru-guru untuk bekerja dengan baik.
b.      Memberi dorongan kepada guru agar tidak bekerja secara monoton.
c.       Supervisor menjadi teladan bagi guru.
d.      Menegakkan disiplin kerja guru.
e.       Membina penelitian dalam batas-batas kemampuan sekolah.
f.       Menghimbau guru agar mau berusaha meningkatkan profesinya.
g.      Mengembangan hubungan sekolah dengan masyarakat.
h.      Menjadi agen informasi pendidikan yang bersumber dari luar sekolah.

G.          Manfaat Supervisi Pendidikan

Supervisi pada hakekatnya mempunyai manfaat yang sangar luas, diantaranya untuk :
1.            Penelitian (research) à untuk memperoleh gambaran yang jelas dan objektif tentang suatu situasi pendidikan
2.            Penilaian (evaluation) à lebih menekankan pada aspek negative
3.            Perbaikan (improvement) à dapat mengatahui bagaimana situasi pendidikan pengajaran pada umumnya dan situasi belajar mengajarnya.
4.            Pembinaan à berupa bimbingan (guidance) kearah pembinaan diri yang disupervisi
Sedangkan dalam pendidikan supervisi ini bermanfaat untuk meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga pendidik, karena dalam supervisi akan terjadi komunikasi dua arah antara yang disupervisi (yang dibina) dengan supervisor (pembina). adanya kritik, saran, dan masukan dari supervisor sehingga profesionalisme guru dan tenaga pendidik meningkat dalam usaha perbaikan mutu pendidikan.
Menurut Harahap (1983: 7) guna supervisi pendidikan itu adalah:
1.         Dapat menemukan kegiatan yang sudah sesuai dengan tujuan;
2.         Dapat menemukan kegiatan yang belum sesuai dengan tujuan;
3.         Dapat memberikan keterangan tentang apa yang perlu dibenahi terlebih dahulu (yang diprioritaskan);
4.         Dapat mengetahui petugas-petugas, seperti guru, kepala sekolah, pegawal tata usaha, dan penjaga sekolah yang perlu di tatar;
5.         Dapat mengetahui petugas yang perlu diganti;
6.         Dapat mengetahui buku-buku yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran;
7.         Dapat mengetahui kelemahan kurikulum;
8.         Dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar; dan
9.         Dapat memertahankan sesuatu yang sudah baik.
Memetik manfaat akhir dalam proses supervisi seperti yang disebutkan adalah suatu hal yang tidak mudah dalam sistem manajemen personalia di Indonesia, seperti untuk melakukan mutasi, demosi, apalagi pemecatan petugas-petugas sekolah yang tidak becus. Begitu pula halnya dengan perubahan kurikulum yang sangat bersifat sentralisasi yang kurang memperhatikan perbedaan masing-masing sekolah, dan yang membuat sebuah standard keberhasilan sulit diukur secara merata, yang kalau dilaksanakan akan menimbulkan frustasi pada pelaksana-pelaksana dilapangan, terutama bagi guru-guru yang berada di daerah-daerah terpencil, baik secara fisik maupun secara mental (Dedi Supriadi: 1990: 427). Namun demikian apapun halangannya kegiatan supervisi harus tetap dilaksanakan, walaupuan hanya sampai pada batas yang sangat bersahaja.

H.          Peranan Supervisi Pendidikan

Supervisi Pendidikan adalah pengawasan utama, pengontrolan tertinggi, penyeliaan. Dan yang melakukan supervisi adalah supervisor atau pengawas utama, pengontrol utama,  penyelia. (Depdiknas, 2007:1107) Jadi peran supervisi adalah tindakan yang dilakukan dalam suatu kegiatan yang sistematis yang terkadang terencana yang betujuan untuk melukan evaluasi dan pengawas terhadap pendidik guna meningkatkan kinerja serta kwalitas dan kwantitas seorang pendidik dalam kegiatan pendidikan sekolah yakni pelaksanaan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan utama pendidikan di sekolah, sehingga seluruh aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas  pembelajaran. Oleh sebab itu, salah satu tugas dari kepala sekolah adalah sebagai supervisor yaitu mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan dan memanfaatkan  pengetahuan dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada orang tua  peserta didik dan sekolah. Serta berupaya menjadikan sekolah sebagai masyarakat belajar yang lebih efektif.
Maka peranan supervisor adalah memberi dukungan (support), membantu (assisting), dan mengikut sertakan (shearing). Selain itu peranan seorang supervisor adalah menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga guru-guru merasa aman dan bebas dalam mengembangkan  potensi dan daya kreasi mereka dengan penuh tanggung jawab. Suasana yang demikian hanya dapat terjadi apabila kepemimpinan dari supervisor itu bercorak demokratis bukan otokraris. Kebanyakan guru seolah-olah mengalami kelumpuhan tanpa inisiatif dan daya kreatif karena supervisor dalam meletakkan interaksi bersifat mematikan. (Piet Sahhertian, 2008:25).
Jika dilihat dari fungsi tersebut, terlihat jelas bahwa peranan supervisi pendidikan itu tertera dalam kinerja supervior yang melakukan tugasnya sebagai supervisor. Dalam peranannya sebagai seorang supervisor, ia juga dapat berperan sebagai:
1.            Koordinator
Sebagai koordinator, ia dapat mengkoordinasikan program belajar mengajar, tugas-tugas anggota staf, dan berbagai kegiatan yang berbeda-beda diantara guru-guru. Seperti : mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang dibina oleh lebih dari 1 guru. Dalam mengkoordinasikan program belajar mengajar, tugas-tugas anggota staf, berbagai kegiatan yang  berbeda-beda di antara guru-guru, seorang supervisor dapat menyusun rencana bersama, dengan mengikut sertakan anggota kelompok (guru, murid, dan karyawan) dalam berbagai kegiatan, serta memberi bantuan kepada anggota kelompok dalam menghadapi dan memecahkan  persoalan dan lain-lain.
2.            Konsultan
Sebagai konsultan, ia dapat memberikan bantuan, bersama mengkonsultasikan masalah yang dialami guru, baik secara individu maupun secara kelompok. Misalnya: kesulitan dalam mengatasi anak yang sulit belajar, yang menyebabkan guru sendiri sulit mengatasi dalam setiap tatap muka dikelas. Dalam memberikan bantuan, bersama dengan mengkonsultasikan masalah yang dialami guru, baik secara individu maupun secara kelompok, yaitu dengan memanfaatkan kesalahan yang pernah dialaminya untuk dijadikan pelajaran demi perbaikan selanjutnya. Mengarahkan anggota kelompok pada sikap dan demokratis, serta membantu mengatasi kekurangan ataupun kesulitan yang dihadapi anggota kelompok.
3.            Pemimpin Kelompok
Sebagai seorang pemimpin kelompok, ia dapat memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensi kelompok saat menyusun dan mengembangkan kurikulum. Materi  pelajaran dan kebutuhan professional guru-guru secara bersama. Dalam memimpin sejumlah staf guru dalam mengembangkan potensinya pada saat menyusun dan mengembangkan kurikulum, materi pelajaran, dan kebutuhan profesional guru-guru secara bersama, maka seorang supervisor hendaknya mengenal masing-masing pribadi anggota staf guru, baik kelemahan maupun kelebihannya, menimbulkan, dan memelihara sikap percaya antar sesama anggota maupun antar anggota dengan yang lainnya, memupuk sikap, dan kesediaan saling tolong menolong, serta memperbesar rasa tanggung jawab para anggota.
4.            Elevator
Sebagai evaluator, ia dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses belajar, dapat menilai kurikulum yang dikembangkan. Misalnya: diakhir semester, ia dapat mengadakan evaluasi diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari setiap peserta didik yang dapat dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya. Dalam mengevaluasi, seorang supervisor, hendaknya dapat menguasai teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang lengkap, benar, dan dapat diolah menurut norma - norma yang ada, serta menafsirkan dan menyimpulkan hasil- hasil penilaian yang mendapat gambaran tentang kemungkinan-kemungkinan mengadakan perbaikan-perbaikan.
Pelaksanaan proses evaluasi seharusnya mengikutkan sertakan guru, dengan begitu para guru akan lebih menyadari kelemahannya, sehingga ia mereka dapat lebih berusaha meningkatkan kemampuannya tanpa suatu paksaan dan tekanan dari orang lain. (Piet Sahhertian, 2008:25-26). Selain itu ia juga dibantu dalam merefleksikan dirinya sendiri, yaitu dengan konsep dirinya (self concept), idea/cita-citanya (self idea), realitas dirinya (self reality). Misalnya pada akhir semester ia dapat mengadakan evaluasi diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari siswa yang dapat dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya.(Mukhtar, Iskandar, 2009:45-46)
Jadi peranan seorang supervisor ialah membantu, memberi support, dan mengikut sertakan. Tidak hanya terus-menerus mengarahkan, tidak demokratis, dan juga tidak memberi kesempatan untuk guru-guru belajar berdiri sendiri atas tugas dan tanggung jawabnya sendiri. Sedangkan ciri-ciri dari guru professional, ialah guru yang memiliki otonomi dalam arti bebas mengembangkan diri sendiri atas kesadaran diri sendiri.

I.             Objek Supervisi Pendidikan

Dalam KBBI Objek adalah hal, perkara, orang yang menjadi pokok pembicaraan atau  benda, hal dan sebagainya yang dijadikan sebagai sasaran untuk diteliti atau diperhatikan.(Depdiknas, 2007:793) Maka Objek Supervisi Pendidikan adalah orang yang menjadi pokok pengawasan,  penilaian dan pengamatan dalam proses pelaksanaan kegiatan pendidikan yakni proses  pembelajaran di sekolah atau madrasah.
Selain mempunyai andil/peran yang besar tersebut, supervisi pendidikan tentunya juga mempunyai obyek. Di mana tanpa adanya objek, maka tugas dari seorang supervisor, tidaklah berarti. Dan seperti yang dijelaskan, bahwa obyek pengkajian supervisi pendidikan, adalah  perbaikan situasi belajar mengajar. (Piet Sahertian, 2008:26). Adapun objek dari supervisi pendidikan terbagi menjadi dua bagian, yakni pembinaan  personil dan pembinaan non personil.
1.            Pembina Personil
a.             Kepala Sekolah
Kepala Sekolah sebagai bagian dari suatu sekolah juga menjadi objek dari supervisi  pendidikan tersebut. Dan sebagai pemegang tertinggi dalam suatu sekolah juga perlu disupervisi, karena melihat dari latar belakang perlunya supervisi pendidikan, bahwa kepala sekolah itu juga  perlu tumbuh dan berkembang dalam jabatannya, maka kepala sekolah harus berusaha mengembangkan dirinya, meningkatkan kualitas profesionalitasnya serta menumbuhkan semangat dalam dirinya dalam melaksanakan tugasnya sebagi kepala sekolah. Tidak jauh  berbeda dengan supervisi kepada guru, kepala sekolah disupervisi oleh seorang pengawas. Sistem dan pelaksanaannya hampir sama dengan supervisi guru. Namun ada perbedaan jika guru  pada pelaksanaan pembelajaran kalau kepala sekolah pada bagimana ia mampu melaksanakan tanggung jawabnya sebagai kepala sekolah yang sesuai dengan yang telah ditetapkan seperti pengelolaan dan manajement sekolah. (Baharuddin,1985:29-31)
b.            Pendidik
Guru sebagai agent of change yang merupakan ujuk tombak pelaksanaan pembelajaran, dalam melaksanakan tugasnya perlu adanya pengawasan oleh supervisor yakni kepala madrasah yang menyupervisi guru (Mukhtar,2009:116). Karena guru juga manusia yang setiap saat mengalami perkembangan dan perlu adanya pengawasan secara berkala dan sistematis. Selain itu, guru juga perlu meningkatkan kualitas profesionalitasnya, meningkatkan muju kerja, dan meningkatkan efektifitasnya sebagai seorang pendidik. Karena guru harus mampu mengembangkan dan miningkatkan proses kegiatan belajar mengajar siswa yang lebih baik lagi.
Yakni dengan cara pembinaan tersebut. Pembinaan yang dilakukan oleh supervisor kepada guru  bisa berupa pembinaan secara individu maupun secara kelompok. Terkadang guru juga memiliki  permasalahan yang sama dan juga berbeda dengan guru satu dan lainnya. Oleh karena itulah  pembinaan guru harus disesuaikan dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh guru. (Baharuddin,1985:18). Diluar itu guru juga dituntut mampu untuk menata administrasi pembelajaran secara benar dan baik, guna menunjang kegiatan belajar mengajar. (Ngalim Purwanto,2009:144). Adapun point-point yang menjadi supervisi guru antara lain adalah :
1)         Kinerja Guru
2)         KBM Guru
3)         Karakteristik Guru
4)         Administrasi Guru, dll
c.             Staff Sekolah
Staff Sekolah ataupun Tenaga Kependidikan Sekolah adalah sama. Pembinaan atau supervisi terhadap staff sekolah dilakukan oleh Kepala Sekolah sama seperti guru, namun dalam staff sekolah yang perlu disupervisi adalah tentang kinerja staff, penataan administrasi sekolah, kemampuan dalam dalam bekerja atau skill serta loyatitas terhadap pimpinan atau kepala sekolah.
Karena staff juga perlu pengembangan dalam dirinya dan perlu adanya pengawasan,  pengamatan dan penilaian dari supervisor untuk meningkatkan keprofesionalannya sebagai  bagian dari suatu system pendidikan. Pembinaan supervisor terhadap staff sekolah ataupun tenaga kependidikan lebih luas dan mendalam sama seperti supervisi guru. Karena staff sekolah menjadi pelaksana dalam menata dan menjalankan manajement sekolah yang telah ditetapkan. Dan cara pembinaan terhadap staff sama seperti halnya dengan guru.

d.            Peserta Didik
Peserta didik atau siswa merupakan bagian dari sistem pendidikan sekolah yang saling terkait satu sama lainnya. Dan siswa yang menjadi objek dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar tersebut, juga ikut disupervisi. Namun berbeda dengan supervisi yang dilakukan terhadap kepala sekolah, guru, dan staff sekolah. Siswa disupervisi dalam tiga aspek yakni, aspek kognitif, psikomotorik dan afektif oleh guru sebagai supervisornya.
Peserta didik akan selalu diperhatikan dan diawasi setiap saat mulai dari kegiatan belajar mengajar didalam kelas, sikap dan perilakunya serta hasil dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Pembinaan terhadap siswa dilakukan secara berkala. Karena siswa satu dengan yang lainnya berbeda psikis dan cara  penangannya. Selain itu juga supervisi peserta didik seperti keadaan siswa meliputi administrasi kesiswaan, kahadiran dan kedisiplinan siswa, pengembangan diri, organisasi siswa dan lain-lain.
2.            Pembina Non Personil
Pembinaan Non Personil menitik beratkan pada pembinaan Sarana dan Prasarana yaitu semua komponen yang sacara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan untuk mencapai tujuan dalam pendidikan itu sendiri. Menurut keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 079/ 1975, sarana pendididikan terdiri dari 3 kelompok besar yaitu :
a.          Bangunan dan perabot sekolah
b.      Alat pelajaran yang terdiri dari pembukuan, alat-alat peraga dan laboratorium.
c.       Media pendidikan yang dapat di kelompokkan menjadi audiovisual yang menggunakan alat  penampil dan media yang tidak menggunaakan alat penampil.
Dalam supervisi dan pembinaan pada sarana prasarana yang disupervisi adalah antara lain sebagai berikut :
1.            Kelengkapan administrasi sarana prasarana.
Mencakup data inventarisasi, kondisi fisik dan lain-lain.
2.            Operasional Sarana dan prasarana.
Mencakup pelaksanaan penggunaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang tersedia.
3.            Perawatan Sarana dan prasarana.
Mencakup proses dan pelaksanaan perawatan dan perbaikan sarana dan prasarana yang ada. Sedangkan pembinaan yang dilakukan oleh supervisor terhadap sarana prasarana adalah sebagai berikut:
a.       Membina hubungan kerja sama yang baik dengan petugas sarana prasarana
b.      Memimpin kerja sama dengan staf yang membantu petugas sarana prasarana
c.       Memberikan pelatihan pada petugas sarana prasarana untuk peningkatan kerjanya.
d.      Mengawasi pembaharuan dan perbaikan sarana dan prasarana
e.       Mengadakan inspeksi secara periodik dan teliti terhadap sarana dan prasarana.
Dengan demikian bahwa sarana dan prasarana perlu adanya supervisi dan pembinaan dari supervisor. Guna menjaga dan meningkatkan kwalitas dan memenuhi kebutuhan sarana  prasarana. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Karena tanpa adanya sarana dan prasaran yang memadai proses pembelajaran akan timpang.

DOWNLOAD KI-KD ILMU PARIWISATA, KLIK LINK: http://evassmat.com/1BMw


DAFTAR PUSTAKA

Hariwung, A.J. Supervisi Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989.

Muhammad, Arni, dkk. Supervisi Pendidikan (Buku Ajar), Padang: Fakultas Ilmu Pendidikan UNP, 1999.

Nurtain.  Supervisi Pengajaran (Teori dan Praktek). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989.

Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.



1 comment:

Teknik pembuatan pudding

Cold pudding Menggunakan agar agar sbg pngental dan dpt jg mnggunakan tepung custard dan tepung  maizena. Pengolahan dg cara  dreb...